Ajakan Tak Terduga dari Nalitari

Sebagai seorang laki-laki yang terlahir dan besar di lingkup yang konservatif dan sangat dekat dengan keluarga, saya tidak memiliki banyak opsi dalam hal memilih nilai dan pandangan yang bisa saya anut. Khususnya jika berbicara tentang standar maskulinitas di masyarakat yang dibuat untuk dipatuhi oleh mereka yang secara biologis terlahir sebagai laki-laki. Dalam proses saya tumbuh dewasa, saya selalu dihardik untuk menjauhi stigma sosial–untuk tidak melakukan sesuatu yang “biasanya” dilakukan oleh lawan jenis saya, karena dapat melanggar standar maskulinitas tersebut. Namun beberapa tahun kemudian, saya duduk di belakang panggung sebuah acara kesenian terkenal, memakai celana yang terlihat seperti rok dan membiarkan seseorang menyapukan lipstik di bibir saya, 30 menit sebelum penampilan menari pertama saya.

Ini semua berawal dari keterlibatan saya menjadi pemagang dalam Komunitas Nalitari. Tugas saya  membantu Nalitari dengan mengadakan workshop dan menulis publikasi dengan tujuan untuk memperlebar cakupan audience, namun suatu hari tawaran ini muncul. Saya sedikit ragu untuk mengiyakan, tetapi saya beruntung karena dipasangkan dengan orang yang sangat positif–partner magang saya dari Amerika, Mimi. Berkatnya, saya belajar untuk untuk lebih santai, membuka diri untuk hal-hal baru dan membuang jauh-jauh sikap skeptis saya. Anggota Nalitari yang lain juga sangat membantu saya belajar dan menyesuaikan diri dengan selalu sabar dalam membimbing selama berproses.

Setiap kali saya ingin mengeluh, saya langsung disergap dengan rasa sesal dan malu ketika melihat semangat anggota lain, khususnya teman-teman yang memiliki kemampuan berbeda. Mereka terlihat sangat antusias dan terlihat seperti sangat menantikan setiap proses bersama Nalitari.

Semua terjadi hampir tidak terduga; Nalitari mendapat undangan sebagai pengisi acara di Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) hanya seminggu sebelum acara tersebut dimulai. Menimbang jadwal agenda yang lain dan waktu yang dimiliki setiap anggota, kami diharapkan untuk mempersiapkan dua tarian dalam empat kali latihan. Hal ini membuat pemula seperti saya sedikit kewalahan.

Tidak mau melewatkan peluang emas, dalam kesempatan ini Komunitas Nalitari membawakan tarian yang terinspirasi oleh Panca Kandha atau lima elemen menurut filosofi jawa, yang terdiri dari api, angin, air, kayu, dan bumi. Nama dua koreografi yang ditampilkan adalah Agni dan Kayu (api dan kayu). Dalam tarian tersebut, kami menirukan dan berusaha menyerupai karakteristik dari kedua elemen tersebut. Namun kami juga memberikan ruang untuk improvisasi dengan tujuan membuat setiap penampilan kami tetap segar dan baru.

Ketika saya saya turun dari panggung, saya merasa sedikit berbeda–saya merasa mendapatkan namun juga kehilangan sesuatu. Saya sedikit terkejut karena penampilan saya tidak seburuk seperti yang saya pikirkan sebelumnya. Nalitari memberikan kesempatan kepada saya untuk menjadi diri saya seutuhnya dan mengekspresikan apapun yang saya rasakan di atas panggung melalui tarian. Kesempatan telah memberikan saya kepuasan batin yang akan senantiasa saya ingat. Hal lain yang saya sadari adalah bahwa asumsi buruk tentang proses ini hilang begitu saja ketika saya mendengar teriakan tepuk tangan dari penonton. Saya belajar bahwa saya akan tetap menjadi diri saya sebelum, selama, dan setelah melakukan penampilan ini, karena hal tersebut sama sekali tidak mengurangi kejantanan saya sebagai seorang laki-laki. Semua pengalaman ini membuat saya mengucap janji pada diri sendiri untuk mencoba hal baru tanpa harus kuatir akan identitas saya selama saya percaya diri dan yakin pada maskulinitas dalam diri saya. Ini semua terjadi karena ajakan tidak terduga dari Nalitari.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s