Nalitari baru saja melalui akhir pekan yang produktif. Dari hari Jumat sampai Senin, keseharian mereka diisi dengan beberapa workshop, persiapan untuk pertunjukan yang akan datang, dan satu yang pasti adalah latihan menari. Akhir-akhir ini, Nalitari berusaha mewujudkan misinya untuk melebarkan sayap, memikat lebih banyak partisipan, dan memperkaya kosa kata gerakan tarian. Hanya dalam empat hari, Nalitari telah memberikan jalan pada anggota tetap maupun peserta dari publik untuk mengecap pengalaman menari yang berbeda dan membuat mereka dapat mengeksplorasi dan menghargai setiap gerakan dengan cara yang baru.
Semarak acara akhir pekan Nalitari dimulai dengan diadakannya workshop R&B yang dipimpin oleh Michelan Marie Le’Monier, pemagang sementara di Nalitari. Michelan atau yang akrab dipanggil Mimi, datang dari Brooklyn, New York utuk bekerja dengan Nalitari selama sebulan dengan maksud belajar lebih dalam tentang proses tarian inklusif, dengan harapan dapat mengenalkannya pada orang-orang saat kembali ke Amerika. Dengan bantuan temannya, Muhammad Hasan Ashari, workshop R&B ini didedikasikan untuk menumbuhkan kepercayaan diri peserta dengan tubuh mereka serta bergembira dalam melakukan gerakan dasar dalam tarian R&B. Meskipun hampir dari semua peserta merasa tidak familiar dengan gaya gerakan tersebut, namun mereka menunjukkan antusiasme untuk menjadi bagian dalam proses ini.
Masih dalam rangkaian proses tersebut, pendiri dari sebuah organisasi seni bernama DanceSequence, Karenne H. Koo datang dari Tucson, Arizona untuk memimpin workshop pelatihan gerakan inklusif pada hari Senin (23/7). Workshop tersebut mengajarkan para pesertanya untuk membentuk dan mengisi gerakan, belajar untuk memahami bagaimana cara merespon gerakan satu sama lain, serta belajar untuk merasakan setiap gerakan, tidak hanya yang berasal pada sendiri namun juga gerakan orang lain. Dengan panduan dari Koo, sesi workshop tersebut menjadi arena yang membebaskan semua orang untuk bebas bergerak, sarat akan energi positif, dan juga terbentuknya ikatan baik secara fisik maupun emosi. Semua orang membawa pulang sesuatu yang baru setelah workshop tersebut.
Nalitari telah membuktikan dirinya sebagai komunitas inklusif tidak hanya dari keberagaman anggota yang mereka miliki, tetapi juga dalam hal tarian yang mereka pelajari dan ajarkan. Nalitari adalah organisasi terbuka yang mencoba untuk membuat semua orang berkenalan dan berpengalaman dengan bermacam bentuk tarian. Hari selain workshop diisi dengan latihan untuk pertunjukkan di Festival Kesenian Yogyakarta (26/7) di Planet Pyramid pukul 6 sore. Ini adalah penampilan yang tidak untuk dilewatkan! Baca cerita tentang penampilan tersebut minggu depan!